Setiap orang pasti takdirnya berbeda, ada
yang lahir diperkotaan, pedesaan dan perkebunan. Proses kelahirannyapun berbeda
ada yang lahir dengan bantuan
bidan atau dokter, lahir dengan bantuan dukun beranak, dan bahkan ada yang lahir dengan sendirinya tanpa bantuan medis ataupun sejenisnya. Bagaimana dengan Saya? Ya, Saya dilahirkan dikota dan dengan bantuan bidan, tepatnya di kampung kelawi, padang di rumah kediaman bidan ani pada saat itu.
bidan atau dokter, lahir dengan bantuan dukun beranak, dan bahkan ada yang lahir dengan sendirinya tanpa bantuan medis ataupun sejenisnya. Bagaimana dengan Saya? Ya, Saya dilahirkan dikota dan dengan bantuan bidan, tepatnya di kampung kelawi, padang di rumah kediaman bidan ani pada saat itu.
Tepatnya hari rabu 05 mei 1993 menjelang
shalat shubuh Ummi Saya telah merasakan sakit perut, pertanda Saya mau cilukba kedunia ini. Usai shalat shubuh
Ummi langsung dibawa ke bidan ani di kelawi oleh keluarga Buya saat itu dengan
menaiki becak, hehehe. Dulunya Cuma ada becak.
Saya lahir dengan diberi nama Mahmud
Salam Farsani. Nama yang diberikan kepada Saya itu memiliki kisah tersendiri.
Saat dirumah bidan, ada orang masuk mengucapkan salam “ Assalamu’alaikum”.
Berbarengan dengan ucapan salam tersebut maka Saya lahir kedunia baru ini.
Setelah berumur satu minggu, oleh orang
tua Saya dibawa kerumah tempat orang tua berdomisili yaitu pasaman barat.
Disana Saya tinggal didaerah pedalaman, desa tersebut adalah desa para
transmigran.
Saya anak pertama. Dibandingkan dengan
saudara-saudara Saya yang sekarang, Saya yang benar-benar mendapat kasih Sayang
dari orang tua. Kata-kata orang itu karena kamu anak yang pertama.
Nama orang tua Saya yang laki-laki yaitu
Farizal lahir pada () dan yang perempuan Roza Nur Sixni Susanti lahir pada ().
Ketika Saya masih bayi ada tragedi yang
menimpa saat itu, ceritanya begini :
Di halaman rumah Saya yang rindang dengan
pepohonan dan dihiasi dengan rumput teki, membuat daya tarik untuk makan
bersama-sama disana. Ummi membawa Saya keluar rumah dengan beralaskan tikar
Saya dibaringkan. Setelah itu Ummi masuk kerumah untuk beberapa waktu.
Tiba-tiba terdengar tangis Saya yang kuat, seraya Ummi yang mendengar hal itu
berlari menuju Saya, maka didapatilah Saya pada saat itu dalam kondisi sekujur
tubuh Saya dikerumuni oleh semut merah. Ummi berteriak-teriak minta tolong
kepada orang yang ada pada saat itu. Saya dibawa puskesmas setempat dan
Alhamdulillah Saya bisa diselamatkan. Kenapa bisa ada semut merah disana? .
Sebelum Ummi datang saudara Buya ada yang makan disana dan membuang tulang-tulang
di rerumputan. Ummi yang tidak tahu hal itu membaringkan Saya disana.
Masa Saya masih balita, Saya tergolong
anak yang nakal dibandingkan anak-anak yang baik. Buya bekerja dikebun, kebun
terbilang jauh dari pemukiman kira-kira 1,2Km dan jalan kesana dipenuhi oleh
semak belukar. Suatu hari Saya bermain mobil-mobilan di halaman rumah. Ummi
yang capek bekerja ingin tidur, tapi sebelum tidur Ummi menyampaikan pesan
kepada Saya “ lam, umi lalok dulu yo, umi litak, jan pai kama-kama ndak” “ndak
mi’ jawab Saya singkat yang lagi asyik main mobil-mobilan. Tidak berapa lama
setelah Ummi tidur maka Saya bersih-bersih badan didapur. Setelah itu Saya
berangkat menuju kebun tempat Buya bekerja membanting tulang untuk mencari
nafkah. Disela-sela semak belukar tersebut Saya berjalan dan berlari-lari
kecil, Saya sedikitpun tidak merasa takut karena belum tau apa-apa saat itu
tentang bahayanya lewat di antara semak belukar itu. Sampai dikebun Saya
mencari Buya sambil berteriak-teriak “ Buya, Buya, Buya…”. Akhirnya ada
yang menyahut dari balik semak belukar dekat pondok Kami. “Jo sia lam kaniak”
tanya Buya. “Sorang se nyo” jawab saya, “ lai tau Ummi, salam pai
kasiko?”, “ ndak do”, “beko paniang lo Ummi mancari kama lam pai.
Duduak lah dipondok tu, jan ma aru-aru lo ndak”, “jadi Ya”. Tak
berapa lama setelah saya santai-santai memanjat di atas batang pohon jambu
biji. Tibalah Ummi di kebun seraya bertanya kepada Buya “Da, adoh salam
kamari? Dirumah ndak adoh e do, Ti lalok tadi dek lah litak”, “tu nyo a
dipondok main-main, baok lah pulang e lai, ko santa lai kapulang lo lai ma”.
Saya pulang bersama Ummi dengan naik sepeda, hehe. Kira-kira seperti itulah
nakalnya saya dulu sebelum masuk sekolah.
0 komentar:
Posting Komentar